Kopi Luwak Pangalengan, kopi luwak sekarang sudah merambah kemana-mana. Dulunya sering kita ketahui banyak terdapat di daerah Sumatra, sekarang kopi luwak bisa kita dapatkan di Pangalengan Bandung.
Kopi Luwak Pangalengan Kabupaten Bandung
Kecintaannya terhadap tanaman kopi mengantarkan Supriatna Dinuri (48) warga Kampung Pasir Mulya, Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung menjadi seorang pengusaha kopi luwak sukses. Dengan merek dagang Kopi luwak Pangalengan Gunung Malabar, kopi hasil olahannya itu melanglang ke berbagai belahan dunia.
“Awalnya saya itu pecinta tanaman kopi. Karena kopi itu sebagai tanaman konservasi, saat hujan dia bisa menyimpan air dan saat kemarau tidak terlalu memerlukan air banyak. Karena saya sangat mengagumi dan mencintai tanaman ini, pada 1999 lalu saya menanam 4.200 pohon kopi arabika di lahan milik pribadi seluas 5,4 hektare,” kata Supriatna, Kamis (22/5)
Adanya kebijakan Gubernur Jabar yang mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang mengharuskan adanya alih komoditas pada 2002 lalu, seolah membawa angin segar kepada Supriatna. Maka, ia pun bergabung dalam program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) bersama PT Perhutani. Supriatna bersama kelompok taninya dipercaya mengelola lahan untuk ditanami kopi seluas 8 hektare oleh tujuh orang anggota kelompok.
“Saat ini telah berkembang menjadi 338 hektare lahan PHBM yang dikelola oleh 167 Kepala Keluarga (KK). Kemampuan produksi kopi luwak pangalengan kami per tahun baru mencapai 6 ton per tahun. Sedangkan untuk kopi biasa, per tahun produksi kami mencapai 50 ton pertahun,” ujarnya.
Harga kopi pasaran internasional yang cenderung stabil. Serta tak mengenal basi atau lesu dipasaran, menambah ketertarikan Supriatna dan kelompok taninya untuk semakin giat menggeluti kopi. Selain kopi biasa, Supriatna dan kelompok taninya ini, memelihara luwak untuk menghasilkan kopi. Alhasil, dari 100 ekor binatang luwak yang dipeliharanya ini, menghasilkan kopi hasil fermentasi luwak dengan kualitas terbaik. Dengan omzet sebesar Rp. 18 miliar pertahun, sedangkan asset kelompok tani mencapai Rp 13 miliar.
“Kalau dalam bentuk biji atau green bean perkilo dijual Rp 800 ribu. Sedangkan yang sudah jadi serbuk halus perkilogram Rp.1,2 juta. Selama ini 90 persen pasar kopi luwak dan kopi biasa hasil produksi kami, diekspor ke berbagai negara. Seperti Korea, Taiwan, Hongkong, Tiongkok, Jepang, Malaysia. Sedangkan untuk dalam negeri, Jakarta, Bagor, Bekasi, Papua dan Bali,” katanya.
Kecintaannya terhadap kopi, selain mengantarkannya pada kesuksesan. Supriatna pun terpilih menjadi satu dari dua orang ahli (assesor) kopi terbaik di Indonesia. Sehingga, selain konsen terhadap usahanya, Supriatna pun memiliki kewajiban untuk berbagi ilmu pengetahuan tentang kopi.
“Saya memang memiliki keinginan untuk terus berbagi ilmu tentang kopi tanpa pamrih. Bahkan, untuk setiap saya mengikuti pameran pun untuk dua atau tiga hari pameran seperti ini mengeluarkan uang sendiri tak kurang dari Rp. 30 juta. Tapi saya iklas dilakukan, karena memang niat saya ingin berbagi,” terangnya.
Semoga inspirasi peluang usaha kopi luwak Pangalengan ini bermanfaat untuk Anda.
Mengenai kopi luwak, Supriatna semakin berbangga hati. Serta memiliki optimisme yang besar, setelah Unesco pada 11 Februari 2013 lalu menetapkan jika kopi luwak merupakan warisan (haritage) dunia kuliner asli Indonesia.
“Tapi memang perkembangannya fluktuatif untuk kopi luwak ini. Karena harganya mahal dan pasarnya kelas menengah keatas. Selain itu, kerap kali ditiru atau dipalsukan oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Apalagi pasaran kopi luwak ini memang gelap,” terangnya.
Sumber Berita: www.radarbandung.co.id
http://radarbandung.co.id/berita-kopi-luwak-pangalengan-mendunia.html#ixzz3EokHCiv7