Pentingnya Outbound bagi Sebuah Kantor. Sebuah Kantor terdiri dari pegawai – pegawai yang menduduki posisi dan jabatan masing – masing yang sebagian besar berbeda antara satu dengan yang lain. Jabatan dan kedudukan juga memiliki tingkatannya masing – masing. Dalam sebuah kantor pada umumnya terdiri dari Kepala Kantor sebagai kedudukan tertinggi diikuti dengan kepala seksi pada urutan berikutnya kemudian kepala seksi akan membawahi beberapa pelaksana. Secara struktur dan lazimnya memang seperti ini. Dalam sebuah kantor juga masih terbagi atas seksi / bidang /bagian dan mengurus pekerjaan masing – masing yang sudah ditetapkan. Keadaan seperti ini yang sudah lazim dan umum sering akhirnya menghadirkan gap di dalamnya. Gap yang paling sering terjadi adalah antara kepala dengan anak buah. Kemudian gap yang juga mungkin terjadi adalah antara pegawai di bagian yang satu dengan yang lain dan bahkan antar pegawai dalam satu bagian pun sering terjadi. Lalu akankah kejadian seperti ini harus dibiarkan begitu saja? Bukankah kerjasama team dalam sebuah kantor perlu ditingkatkan demi menunjang semangat dan kebersamaan kerja yang lebih baik ditambah dengan suasana kerja yang kondusif? Bukankah seharusnya kepala dan anak buah sama – sama berpikir dan merancang pemikiran – pemikiran baru demi menunjang kemajuan dan pencapaian yang optimal dari sebuah kantor?
Sehubungan dengan semakin tingginya tuntutan pekerjaan dan semakin dibutuhkannya ide – ide yang lebih maju maka dibuthkan SDM yang lebih berkualitas. SDM yang berkualitas ini ternyata tidak hanya didapatkan dari kemampuannya secara individual saja tetapi bagaimana dia bisa memanfaatkan kemampuannya dalam sebuah komunitas dimana ide bersama dikumpulkan menjadi satu terobosan baru. Oleh karena itu, kerjasama team menjadi satu faktor penting dalam membangun semangat pegawai untuk berinovasi dan melahirkan ide – ide positif demi mencapai target kerja yang optimal.
Banyak cara yang dilakukan oleh komunitas dalam hal ini kantor untuk mencapai tujuan tersebut. Mulai dari kegiatan formal dan informal. Pendidikan dan pelatihan yang formal, rapat dan diskusi hingga salah satu yang sekarang sudah banyak dilakukan oleh kantor – kantor adalah kegiatan outbound yang banyak orang juga sebut dengan istilah company outing, adventure education, team building, dan motivation training. Outbound atau Outward bound ternyata bukan hanya bermakna kegiatan yang menggunakan sarana diluar ruang,melainkan juga bermakna out of bounderise “Keluar dari bingkai/frame kebiasaan” dimana peserta diajak untuk berpikir luar biasa dan membuat terobosan-terobosan baru.
Menurut Sebuah sumber bacaan yang saya dapatkan ternyata Outbound bukanlah sesuatu yang baru dan berkembang di saat seperti ini tetapi sudah diperkenalkan pada tahun 1941 oleh Kurt Hahn, tokoh pendidik berkebangsaan Jerman. Saat itu, Hahn prihatin melihat pelaut – pelaut muda (junior) di Inggris yang produktivitas maupun mentalnya kalah jauh dengan pelaut yang sudah senior. Bila kondisi tersebut dibiarkan tentu akibatnya kurang baik. Untuk mengatasi persoalan ini, Hahn membuat konsep outward bound. Dalam konsep ini, Hahn mengembangkan sebuah program pelatihan sebagai medium bagi pelaut junior agar mereka dapat belajar mengenali potensi diri masing – masing. Pelatihan dilakukan dengan memberi studi kasus dan simulasi atas berbagai permasalahan yang kerap terjadi pada kehidupan sehari – hari. Hasilnya ? terbukti dengan dihasilkannya SDM yang berkualitas.
Kalau kita cermati sekilas, pentingnya outbound memang terkesan sebagai aktivitas santai-santai belaka. Bagaimana tidak? aktivitasnya hanya berkutat diseputar permainan yang seru dan menyenangkan. Dilakukannya pun dalam suasana santai. Namun demikian, kegiatan ini tidak boleh diremehkan begitu saja. Soalnya, dibalik image santai dan senang-senang, ada segudang manfaat yang bisa dipetik dari kegiatan outbound ini. Antara lain, bisa mempererat kekompakan antar karyawan. Hampir semua kegiatan outbound selalu dilakukan secara berkelompok. Untuk bisa menyelesaikan suatu tantangan, sangat diperlukan kerja sama tim. “Together Everyone Achieves More” [TEAM].
Ada 3 hal yang ia sampaikan untuk menjadi pribadi yang positif :
1. Falsafah setengah gelas air. Orang yang berpikir positif pasti memandang gelas dari sisi setengah berisi air tetapi orang yang berpikir negatif memandang gelas dari setengah kosongnya.
2. Orang yang berpikir positif pasti berkata “saya masih punya waktu 10 menit”, sedangkan orang yang berpikir negatif cenderung berkata “ waktu saya tinggal 10 menit”.
3. Orang yang berpikir positif memandang tugas menjadi suatu kebutuhan sedangkan orang yang berpikir negatif memandang tugas sebagai suatu beban.